MySehatIndo |
|
Apapun mereknya, entah itu samyang atau mi instan lokal yang beredar di Indonesia, keduanya diklaim sama-sama tidak menyehatkan. Namun bukan hanya produknya saja yang tidak sehat.
Sejumlah ahli setuju langkah pengolahan mi instan yang tidak sehat atau tidak tepat termasuk ikut memperburuk risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat konsumsi mi instan. Seperti apa tradisi makan mi instan tak sehat yang dimaksud? Berikut paparannya, layaknya dirangkum detikHealth, Senin (19/6/2017). 1. Dimasak 1/2 matang Ada beberapa orang yang sengaja memasak mi dalam kondisi 1/2 masak demi menjauhi lodoh atau mi yang melembek agar tidak cukup nikmat saat disantap. Padahal tradisi ini tersedia dampak sampingnya lho. "Ya bisa saja dikarenakan dia masih keras dan belum berkembang betul. Jadi saat masuk perut, dia baru berkembang dan dapat menjadi inilah yang menyebabkan sakit perut terhadap orang-orang tertentu," tandas Prof dr Endang L Achadi, MPH, Dr.PH berasal dari Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI). Ditambahkan Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, ahli kesehatan pencernaan berasal dari RS Cipto Mangunkusumo, bumbu mi instan yang tidak masak termasuk dapat menyebabkan sakit perut. Lagipula mi instan sendiri terbuat berasal dari tepung terigu yang ditambahkan dengan zat-zat pengembang. Bahan-bahan ini diketahui dapat mengundang gas. "Bumbunya itu termasuk biasanya dapat merangsang iritasi terhadap lambung dikarenakan tersedia pedasnya," katanya. 2. Menggunakan air bekas rebusan Menggunakan air bekas rebusan atau menggantinya dengan air yang baru sebagai kuah sesungguhnya menjadi pilihan masing-masing orang. Namun air bekas rebusan mi instan diklaim punya kandungan banyak lemak, agar perlu dibuang. "Itu sesungguhnya tidak benar satu langkah untuk mengeliminasi lemak yang terkandung dalam air rebusan. Memang gurihnya hilang, tetapi ini kembali kepada keperluan masing-masing," terang dr Nany Leksokumoro, MS, SpGK, berasal dari Omni Hospital. Ditambahkan nutrisionis Astri Kurniati, ST, MAppSc berasal dari Nutrifood Research Centre, air rebusan mi dapat berubah menjadi keruh dikarenakan proses pembuatan mi instan yang digoreng sampai kering (deep fried). Proses ini menjadikannya lebih awet. "Direbus tetap airnya keruh itu dikarenakan tersedia beberapa lemak atau pati yang terlepas. Namanya digoreng, minyak bosan yang melekat sementara kami rebus kan akan keluar," urainya. Tetapi itu berarti kuah mi instan kaya akan lemak bosan agar tidak dianjurkan untuk dikonsumsi berlebihan. Ia termasuk sependapat jikalau dibutuhkan, air yang dipakai untuk mi sebaiknya diganti. 3. Dikonsumsi berlebihan Ada ahli yang mengatakan mi instan baiknya dikonsumsi dua kali dalam seminggu atau satu kali dalam sebulan. Lantas sesungguhnya berapa frekuensi ideal untuk konsumsi mi instan? "Saya tidak dapat mengatakan how much is too much. Tetapi selayaknya yang lebih diutamakan adalah konsumsi makanan segar, bukan makanan olahan dikarenakan namanya termasuk diproses maka tersedia bahan kimia yang dapat menjadi beresiko bagi kesehatan," tegas Prof Endang. Aturan ini termasuk berlaku untuk mereka yang gemar makan mi instan tiap tiap hari. Ia tidak melarang barang siapa makan mi instan, asalkan tidak dikonsumsi tiap tiap hari, mengingat takaran karbohidrat dan lemaknya yang tinggi. Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menambahkan, konsumsi mi instan baiknya hanya dilakukan sementara darurat saja. "Ya just in case saja. Kalau sesungguhnya tidak tersedia makanan lain yang dapat dikonsumsi aku kira boleh-boleh saja, lihat-lihat kondisi dan kondisinya," ujarnya. Dokter yang berpraktik di Divisi Gastroenterologi, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM selanjutnya beri tambahan kalau tersedia makanan lain dianjurkan untuk tidak konsumsi mi instan. 4. Dimakan sementara sahur atau berbuka Mi instan dianjurkan untuk tidak dipilih sementara bersantap sahur, dikarenakan dapat menyebabkan lapar dengan cepat. "Mi instan itu punya kandungan takaran glikemik yang tinggi, padahal daya yang kami keluarkan banyak agar cepat lapar," paham dr Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK. dr Nurul Ratna Manikam, SpGK berasal dari RS Cipto Mangunkusumo menambahkan, ini bertentangan dengan ketetapan menu sahur yang baik, di mana makanan mempunyai takaran gizi lengkap, yaitu terdiri atas karbohidrat kompleks, protein dan serat. Sedangkan mi instan dikatakannya hanya berbentuk karbohidrat simpel. Artinya, proses pergantian karbohidrat menjadi glukosa, selanjutnya diserap oleh tubuh hanya perlu sementara sebentar. Itulah sebabnya jikalau sahur dengan mi instan maka rasa lapar akan lebih cepat singgah daripada jikalau sahur dengan nasi. 5. Menggunakan seluruh bumbu yang ada Yang menyebabkan mi instan jadi nikmat adalah bumbu yang menyertainya. Namun Astri dulu mengatakan bahwa kurangi pemakaian bumbu terhadap mi instan dapat memangkas kuantitas asupan garam harian. Dalam bumbu mi instan atau product makanan instan lain, garam biasanya digunakan sebagai penambah rasa. Itu artinya, kalau seluruh bumbu yang disertakan dalam mi digunakan sepenuhnya, maka risiko problem kesehatan dapat saja muncul. dr Andry Hartono, SpGK berasal dari RS Panti Rapih Yogyakarta termasuk mengatakan, untuk kurangi dampak jelek berasal dari konsumsi mi instan adalah tidak memanfaatkan minyak yang menjadi bagian berasal dari bumbu-bumbu yang disertakan dalam mi instan. "Kalau dapat bumbunya dipakai 1/2 saja agar tidak terlampau asin. Bisa termasuk memanfaatkan kaldu ayam buatan sendiri sebagai bahan dasar kuahnya," ujar nutrisionis Leona Victoria Djajadi, MND. 6. Tidak ditambah sayur Kendati secara lazim mi instan dikatakan tidak sehat, nyatanya mi instan masih dapat disantap dengan langkah yang sehat. Bisa dengan meningkatkan sumber nutrisi lain atau mengolahnya dengan tepat. Untuk penambahan nutrisi, Anda dapat memasukkan sayur dan telur, masing-masing sebagai sumber serat dan protein yang tidak dimiliki mi instan. Sayuran yang dapat dipilih di antaranya wortel, sawi, tomat dan lain-lain. Anda termasuk dapat beri tambahan sumber protein layaknya telur, ikan, tempe, dan daging. Namun tidak dianjurkan protein yang takaran nutrisinya tidak cukup layaknya kornet. "Tujuannya adalah agar bukan hanya keperluan daya saja yang terpenuhi, melainkan keperluan protein, vitamin, lemak, dan serat termasuk terpenuhi," paham ahli nutrisi, Jansen Ongko, MSc, RD. Baca Juga : Anak Bisa Tinggi Jika Makan Telur dan Minum Susu? Comments are closed.
|